Teori jarum suntik disebut juga “teori peluru” (Magic Bullet Theory). Pemberitaan media diibaratkan peluru yang memberondong publik sehingga publik “tidak berdaya” dan menerima “kebenaran” informasi yang “ditembakkan” kepada mereka. Jarum Hipodermik pada hakekatnya adalah model komunikasi searah,berdasarkan anggapan bahwa mass media memiliki pengaruh langsung, segeradan sangat menentukan terhadap audience.
Berbagai literatur komunikasi menjelaskan, Teori Jarum Suntik menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi publik atau seseorang. Publik dianggap pasif terhadap pesan media yang disampaikan. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan jugalebih segalanya dari audience. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akanselalu diterima, bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yangkuat tehadap komunikan.
Intinya, Teori Jarum Suntik menjelaskan bagaimana persuasi yang datang dari media memegang peran sangat penting dalam mengubah cara berpikir dan bertindak. Berdasarkan teori jarum suntik pula, “politik pencitraan” melalui media umumnya menuai hasil.
Banyak hal yang mungkin tidak kita sadari, bahwa kita telah mendapatkan “suntikan” informasi atau gagasan yang mungkin tidak ingin kita tahu atau tidak pernah terlintas agi kita untuk mengetahui hal tersebut. Disinilah makna Teori Jarum Suntik berperan. Kita dapat mempelajarinya pada contoh ksus berikut.
AKADEMISI dan praktisi komunikasi media tidak asing lagi dengan istilah “teori jarum suntik” (Hypodermic Needle Theory), sebuah teori dampak media (media impact) yang menegaskan betapa pemberitaan media mempengaruhi perilaku publik atau pembaca.
Yang dianggap penting oleh media, dianggap penting pula oleh publik. Yang dianggap benar oleh media, dianggap benar pula oleh publik. Dari sana, muncul pula teori Agenda Media Setting, sebuah teori yang juga menegaskan pengaruh media terhadap pemikiran dan perilaku publik. Lembaga-lembaga survei melalui survei, exit poll, dan quick count (hitung cepat) merupakan “narasumber utama” pemberitaan media selama Pilpres 2014. Hasil-hasil survei, disengaja atau tidak, berusaha menggiring dan membentuk opini publik.
Media-media yang mendukung capres tertentu, juga menerapkan teori jarum suntik ini. Maka, jika Anda pendukung Jokowi, Anda akan nyaman nonton Metro TV dan membaca harian Media Indonesia. Jika Anda pro-Prabowo, Anda akan nyaman nonton TV One, juga senang membaca berita-berita pilpres di Viva News dan Inilah.
Usai pencoblosan 9 Juli lalu, publik juga digiring untuk percaya pada survei-survei yang “kebetulan” berbeda. Jokowi menang, kata Metro TV. Prabowo menang, kata TV One. Kubu Jokowi pun mendeklarasikan diri sebagai pemenang, demikian pula kubu Prabowo. KPU dalam tekanan!
Kantor berita Associated Press (AP), sebagaimana diberitakan laman ABC News Australia, menyebut “Indonesia mengalami deadlock” dan kemungkinan presiden baru Indonesia ditentukan oleh Mahkamah Konstitusi.
Pada kasus yang demikian, kita sebagai pemirsa hanya mampu menerima informasi yang ada, baik di radio maupun di televisi. Dan, terdapat beberapa hal baik positif maupun negatif yang dapat diambil dari teori ini, berikut kekuatan teori jarum suntik :
• Media memiliki peranan yang kuat dan dapat mempengaruhi afektif, kognisi dan behaviour dari audiencenya.
• Pemerintah dalam hal ini penguasa dapat memanfaatkan media untuk kepentingan birokrasi ( negara otoriter )
• Audience dapat lebih mudah di pengaruhi.
• Pesanya lebih mudah dipahami.
• Sedikit kontrol karena masyarakat masih dalam kondisi homogen.Dan, Kelemahan teori jarum suntik :
• Keberadaan masyarakat yang tak lagi homogen dapat mengikis teori initingkat pendidikan masyarakat yang semakin meningkat.
• Meningkatnya jumlah media massa sehingga masyarakat menentukan pilihan yang menarik bagi dirinya.
• Adanya peran kelompok yang juga menjadi dasar audience untuk menerima pesan dari media tersebutSumber :
http://www.romelteamedia.com/2014/07/hasil-pilpres-2014–teori-jarum-suntik.html
https://www.academia.edu/5044438/Contoh_kasus_dari_teori_jarum_suntik_yang_bahwa_publik_sama_sekali_tidak_memiliki_kekuatan_untuk_menolak_informasi_setelah_ditembakkan_oleh_media_komunikasi_layaknya_kemasukan_obat_bius_melalui_jarum_suntik
https://www.academia.edu/7344437/Teori_dan_Model_Komunikasi_Massa_Teori_Jarum_Hipodermik_Hypodermic_Needle_Model
TEMPAT BELAJAR ILMU KOMUNIKASI
Audiens memiliki hak untuk memilih channel Radio dan TV, namun audiens (rakyat) tetap hanya sebagai korban yang menikmati siaran yang disuguhkan oleh stasiun TV dan Radio, Jelaskan hubungannya dengan teroi “jarum suntik” (500)